Ada yang Kirim Salam

IMG_20171026_142153.jpg
Sumber: Foto pribadi

“Hai Ibu.” Terdengar teriakan siswa di lorong kelas. Mereka melambaikan tangan dari kejauhan. Diawali senyuman guru dan siswa, mengawali pagi menjadi indah.

“Sudah bel, mengapa masih di luar? Sebaiknya menunggu guru di dalam saja.”

Mulailah siswa kelas boarding itu memberikan segudang jawaban. Ada yang bilang begini, ada yang bilang begitu. Semua alasan ditumpahkan di luar kepala. Tapi bicara mereka begitu sopan dihadapan guru.

“Ohya, Ibu mau masuk kelas itu ya,” celutuk salah seorang dari mereka.

“Iya...hari ini jadwal saya di kelas itu.” Ruang kelas yang kebanyakan berisi siswi itu, kebetulan bersebelahan dengan kelas mereka.

“Ibu, sampaikan salam si Hasan sama si Peni ya.”

Si Hasan yang sedari tadi tidak berbicara, terkejut setengah hidup, hehe. Ia tidak memperkirakan temannya yang satu itu membeberkan rahasia perusahaan.

“Enggak Bu, nggak ada Bu!” Hasan mulai berkelip dengan jawaban.

“Tidak papa Hasan, salamnya akan Ibu sampaikan (waduh si ibu ini menambah persoalan makin bersemi).

Setelah kalimat berpeluang emas saya sampaikan, mulailah siswa lain menyebutkan beberapa nama yang lain. Nama-nama calon perjodohan antar kelas boarding yang kebetulan laki semua dengan kelas reguler yang ada campuran laki dan perempuannya.

Saya jadi teringat dengan kejadian beberapa hari yang lalu, Saat mengajar di kelas boarding, lewatlah seorang siswi di depan kelas. Rupanya ada yang taksir dengan reaksi spontan beberapa siswa boarding. Aihhh...ketahuan deh. Akhirnya ada yang buka suara membeberkan nama teman di kelas itu yang dijodohkan dengan nama siswi-siswi sekolah itu. Entah main-main, entah benar juga.

“Oke Nak, saya mau ngajar dulu ya.” Kalimat itu tiba-tiba muncul dihadapan mereka.

Tidak baik jika terlalu larut dengan suasana pembicaraan yang berlebihan. Candaan lucu-lucuan, saya potong sekilas. Saya lebih memilih masuk mengajar sesuai jadwal sekolah.

Amanah siswa boarding, saya tunaikan. Para siswi yang disebutkan namanya, tersipu malu dan mesem-mesem mukanya. Suasana kelas tambah semarak diiringi tepuk tangan teman-teman lainnya.

Saya tidak tahu suasana hati empat siswi yang dapat titipan salam. Entah mereka suka, atau menganggap kiriman salam itu bagai angin yang berlalu. Dan siswi itu tidak ada satupun yang membalas titipan salam gombal itu. Kasihan...

Apa yang harus saya sikapi? Berempati saja. Tidak membuat siswi itu makin tambah bersalah dengan datangnya angin segar. Saya cuma mengingatkan saja, apa sebenarnya arti salam itu. Salam kebaikan buat saudaranya seiman. Tapi harapan saya, siswi tidak mudah terjebak dengan kata-kata manis kaum laki-laki. Tidak terjebak cinta yang mewajibkan pacaran sebelum nikah.

Kalaupun cinta monyet di masa remaja berubah menjadi cinta sesungguhnya, itu bahasan lain. Lagipula satu siswa bisa menyukai banyak siswi dalam sekaligus. Jadi siswi tak perlu ge-er ada yang kasih perhatian lebih.

Sebenarnya tidak bermasalah suka dengan lawan jenis. Itu pertanda masih normal. Paling bahaya jika suka dengan sesama jenis. Siswa dengan siswa. Siswi dengan siswi. Ngeri kan?

“Jadi Nak kan, pikirkan dulu bagaimana cara selesaikan jenjang di bangku SMA. Lanjutkan kuliah sambil mencari pekerjaaan. Jangan suka tebar pesona dan pintar-pintarlah menjaga pandangan. Setelah ada modal, lamar dia. Tapi jika ada yang duluan lamar, berarti Anda tak beruntung”.

Tiga kalimat terakhir di atas, diiringi senyuman dan wajah mesem-mesem para siswa boarding. Secuil nasehat saya ketika mengajar di kelas mereka juga.

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now