Apa Yang Akan Terjadi Jika Steemit Penuh dengan Steemian Indonesia?!

Sebuah pertanyaan melintas di dalam benak sejak pertama kali saya bergabung dengan Steemit, “Jika pada suatu hari Steemit ini penuh dengan Steemian dari Indonesia, maka apa yang akan terjadi? Apa yang harus dilakukan saat ini untuk nanti?! Apakah kemudian terjadi persaingan yang lebih hebat, sementara pada saat ini saja sudah terjadi persaingan tak sehat dengan perbuatan yang tidak menyenangkan dan jauh dari kata terhormat. Ataukah memang benar Steemit itu bisa membawa pada kebaikan, seperti mengurangi jumlah pengangguran dan kemakmuran seperti yang selama ini diharapkan banyak orang?!”. Saya memikirkan hal ini berulang kali dan masih terus saya lakukan hingga saat ini.

Sejarah membuktikan bahwa Steemit diperkenalkan ke Indonesia dari Aceh dan berkembang sangat pesat di Aceh. Sebagai sebuah propinsi di paling sebelah Barat Negara Kesatuan Republik Indonesia, tentunya ini bukan sesuatu yang kemudian menjadi sebuah keanehan, sebab masuknya Islam ke Indonesia pun salah satu pelopornya adalah Aceh. Ini pun menjadi seperti pengulangan sejarah, di mana dari Aceh penyebaran kebaikan itu bisa menyebar ke seluruh Nusantara. Membuat Aceh sebagai sebuah negeri terhormat sebagai tempat orang-orang terhormat yang berpikir positif dan mau berbagi kebaikan bagi siapa saja tanpa memandang perbedaan.

IMG-20180208-WA0017.jpg

Penyebaran agama Islam itu pun kemudian menjadi pesat di Pulau Jawa, apalagi setelah banyak orang dari negeri Cina datang berkunjung untuk juga menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa. Kala itu, tidak ada yang masalah soal pengakuan dan eksistensi bahkan urusan uang itu pun tidak pernah diributkan, yang diutamakan adalah penyebaran kebaikan itu sendiri dan buktinya secara nyata. Steemit pun berkembang di Pulau Jawa, sama juga seperti penyebaran agama Islam, justru dimulai dari daerah Tengah dan Timur, di mana Chapter Semarang dan @happyphoenix di Surabaya serta @ekavieka dari Bali justru lebih dulu masuk ke Steemit dibandingkan dengan yang ada di Jakarta dan Jawa Barat. Aneh juga menurut saya, ini seperti sudah garis yang dibuat oleh Allah. Manusia boleh berkehendak dan berambisi ataupun menghalangi, tetapi ketika Allah memberikan restu dan ridhaNya, siapa yang bisa melawan?! Mau protes seperti apapun, siapa yang sanggup melawan kehendakNya?!

Begitu juga ketika kemudian Steemit ini menjadi terus berkembang, bukan hanya di daerah Jawa Barat, Jakarta, Bogor, Bekasi, Depok, Tangerang dan sekitarnya, bahkan terus merebak ke propinsi lain seperti Sumatra Utara, Bengkulu, Lampung, berbagai wilayah di Kalimantan dan Sulawesi, Bali bahkan hingga Papua. Kabar baik dan sesuatu yang baik, yang disebarkan dengan cara yang baik tentunya akan sangat mudah diterima. Jangkauan penyebaran yang sedemikian besar tentunya tidak bisa dicapai hanya lewat kerja perorangan dari mulut ke mulut dan dengan diam-diam saja. Yang namanya promosi, tidak bisa dilakukan dengan sembunyi-sembunyi. Semua ada cara masing-masing dengan kapasitasnya sendiri-sendiri, namun kerja kelompok dalam sebuah Komunitas besar yang bersatu dan bersama, akan membuat semua kerja itu bisa lebih ringan dan mudah.

Ketika saya tahu keberadaan Komunitas Steemit Indonesia dengan @indo-community yang dibangun oleh @levycore dan kawan-kawan yang berhati mulia lainnya, saya sangat senang sekali. Apalagi dari sana penyebaran tentang Steemit menjadi lebih cepat. Pertemanan dengan rasa persatuan, keakbraban, dan kebersamaan yang dibangun dengan kerendahan hati dan kebesaran jiwa serta niat yang baik dan dengan cara yang benar itu pun membuat semakin banyak lagi Chapter-chapter dari Komunitas Steemit Indonesia terbangun di berbagai daerah. Semangat berbagi dan bersatu itu sungguh luar biasa, jauh lebih berarti dibandingkan dengan hanya berebut soal reward, upvote, pengakuan dan keakuan, atau ribut-ribut soal delegasi dan lain sebagainya. Persaingan tentu tetap ada, tetapi lebih kepada persaingan sehat untuk bisa terus berkarya dan menjadi serta memberikan yang terbaik, bukan hanya untuk diri sendiri dan kelompok sendiri saja, tetapi untuk semua.

Nampaknya hal ini kecil tetapi justru ini adalah sesuatu yang luar biasa, bahkan bisa dipandang sangat buruk, tergantung pada mata masing-masing. Di era di mana “panggung eksistensi dan pengakuan” itu sangat penting, apalagi jika memiliki masalah kurangnya kebutuhan tersebut di dunia nyata, maka sudah tidak aneh bila kemudian ribut di dunia maya itu terjadi. Sementara Steemit sendiri fokus pada perubahan dan masa depan yang lebih baik dengan meminta perilaku terhormat dan beretika itu dipegang teguh, tetap saja tidak bisa serta merta kemudian menghapuskannya dengan mudah. Lebih mudah untuk memperebutkan hal yang sepele daripada berpikir untuk kemajuan dan masa depan sesungguhnya. Sama seperti para politikus yang hanya bisa bicara, pada praktek dan pelaksanaannya, banyak hal yang tidak mungkin bisa diwujudkan. Hanya orang-orang yang mengerti dan paham, tidak semua, lebih banyak yang terbuai dan mabuk terlena. Itu biasa banget!

blindfolded.jpg

Inilah yang kemudian membuat saya terus berpikir, sebab sesungguhnya Steemit ini adalah wadah yang membuka jalan, sementara dunia nyata itulah yang sesungguhnya terpenting untuk diperhatikan. Steemit tempat kita belajar untuk menjadi lebih baik dan terus berbuat kebaikan, menyebarkan kebaikan, dan membawa semua perilaku serta kebaikan ini ke dunia nyata. Kita tidak bisa melepaskan diri dari dunia nyata, meskipun teknologi terus berkembang dan kita sepertinya lebih banyak hidup di dunia maya, tetapi tetap saja kita ini hidup di dunia nyata. Apa yang dihasilkan di Steemit ini bukanlah hanya sekedar reward tetapi banyak yang jauh lebih penting jika saja mau dipikirkan dan diterapkan oleh setiap pribadi yang bergabung di Steemit ini. Percuma saja kita hanya banyak bicara di dunia maya, bila pada prakteknya di dunia nyata, kita tidak melakukan apapun untuk kebaikan bersama. Bukan juga hanya soal kepedulian terhadap sesama dengan memberikan sumbangan, karena bukan uang yang dibutuhkan oleh mereka yang susah, tetapi cinta dan kasih sayang serta perhatian yang tulus serta ikhlas. Jika di dunia maya saja tidak mampu memberikan posting dengan tulus dan ikhlas, tidak juga mampu berbagi dan ikhlas dalam segala perbuatan, maka semampu apakah bisa benar tulus dan ikhlas di dunia nyata?!

Untuk senang dan bahagia atas keberhasilan dan kesuksesan orang lain saja susah, masih saja dilihat dari sisi negatif yang sesungguhnya menunjukkan diri yang merasa terancam dan tidak percaya diri, serta penuh dengan iri hati dan dengki. Padahal, kita semua sudah belajar banyak bagaimana agama itu mengajarkan kita untuk bisa berbuat baik, tulus, ikhlas, dan jauh dari kata iri hati dan dengki. Orang lain bahagia dan sukses, kita pun bisa turut senang dan bahagia, karena itu adalah rejekinya. Rejeki kita sendiri sudah ada garisnya sendiri, dan bila tidak yakin dengan kebesaran Allah atas semua ini, maka akan sangat mudah kemudian menjadi pribadi yang penuh iri hati, dengki, amarah, dan kebencian. Padahal, bila saja mau dipikirkan lebih panjang dan jauh ke depan, yang rugi adalah diri sendiri. Bagaimana bisa kemudian maju dan menjadi berkah bila cinta dan ketulusan serta keyakinan bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah atas izin dan kehendak Allah itu tidak ada?! Soal reward dan upvote, pasrahkan saja pada Allah, yang memberikan upvote memang manusia, tetapi semua karena Allah yang menggerakkan. Bagaimana seseorang bisa menjadi hebat dan maju di Steemit, ataupun di luar sana, ya terima saja sebagai anugerah dari Allah. Seburuk-buruknya peristiwa yang terjadi, selalu ada hikmah baiknya, bila benar yakin padaNya.

Usaha memang perlu dilakukan dan setiap pribadi diberikan kebebasan untuk memilih caranya masing-masing, tetapi tentunya tetap selalu ada resiko dan konsekuensinya masing-masing. Masalah terberat adalah kemampuan untuk menerima resiko dan konsekuensi atas perbuatan yang sudah kita pilih sendiri. Tidak heran bila banyak yang kemudian marah dan menuding serta menunjuk jari, bukan berpikir dengan kerendahan hati dan terus melakukan introspeksi agar bisa menjadi lebih baik, justru malah membuat resiko yang dihadapi semakin besar. Masalah itu pun bukan selesai, tetapi justru semakin terus bermasalah dan membuat masalah yang tidak akan merugikan orang lain selain diri sendiri yang sudah membuatnya. Percuma saja melakukan apapun bila tidak mampu berdamai dan menyelesaikan masalah yang ada dalam hati dan pikiran sendiri. Rasa syukur dan hormat itu hilang bila iman dan keyakinan pada Allah dan diri sendiri tidak ada.

Yah, ini hanya sekedar perenungan saja. Mumpung masih ada waktu untuk berpikir, lebih baik berpikir. Saya tidak mau menyia-nyiakan waktu untuk hal tak berguna dan menjadi terbelakang serta ketinggalan kemudian. Kereta itu terus melaju meninggalkan mereka yang terlambat. Pastikan diri sudah bisa melihat dan merasakan saat tiba di tujuan walau masih harus menempuh perjalanan panjang.

Bandung, 27 Februari 2018

Salam hangat selalu,

Mariska Lubis

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
131 Comments
Ecency