Aceh dikenal kompak dan memiliki kesatuan yang tidak dapat disangsikan oleh dunia, sejak kolonial Belanda kuno Aceh dihormati dan ditakuti oleh lawan dan bahkan teman-teman, itu semua karena rakyat Aceh kompak dalam mempertahankan kesatuan untuk mempertahankan harga diri dan tanah air mereka.
Adat istiadat dan kebudayaan menjadi salah satu kiblat yang dijaga agar menjaga bangsa tetap dalam keadaan aman.
Samapai hari ini, identitas sebagai bangsa yang bermatabat itu masih sangat erat dipelihara dan dijaga oleh individu dan masyarakat Aceh.
Salah satu hal yang diciptakan adalah menciptakan rutinitas makan bersama di pusat komunitas tempat komunitas itu sendiri. Aktivitas seperti yang terlihat menarik kesan sederhana, tetapi efek dari rutinitas sederhana ini dapat membuat sebuah doktrin bagi generasi berikutnya untuk tetap bersama dan memperkuat persaudaraan dalam menjalani kehidupan yang bermartabat.
Rasa kebahagiaan dan antusiasme masyarakat dalam membentuk kerja tim jelas terlihat di hadapan sebagian besar orang yang terlibat dalam memeriahkan dan menyukseskan setiap kegiatan yang dibuat untuk publik. Ini adalah hal-hal atau kegiatan yang membuat komunitas aceh tetap kompak dan memiliki ikatan persaudaraan yang membuatnya dihormati oleh setiap penjajah yang masuk untuk menghancurkan tanah air.
Seperti kata pepatah, "Aceh seperti satu tubuh" jika salah satu anggota tubuh sakit atau binasa, maka semua anggota tubuh yang lain juga akan berbagi rasa sakit, demiakian juga sebaliknya. Itu adalah salah satu moto hidup yang dipegang oleh masyarakat untuk tetap mencintai saudaranya.
Makan bersama ini bisa menjadi rutinitas hingga akhir zaman, tanpa ada yang merasa dirugikan dan tersa dikesampingkan oleh aksi-aksi yang ditujukan untuk kebersamaan dalam hidup.