Kamu setia?
Rata-rata orang akan marah jika dilemparkan pertanyaan seperti ini. Karena memang kesetiaan adalah hal yang sensitif bagi sebagian orang. Kesetian juga bisa sebagai harga diri. Namun ada sebagian orang menjadikan kesetian ini sebagai barang murah yang mudah sekali digadaikan dengan kesenangan sesaat ataupun materi.
Sebut saja melati, salah satu teman yang aku kenal di Taiwan. Dia adalah wanita cantik yang menyenangkan, selain berteman baik aku juga sering keluar bareng dengan dia. Sedikit banyak aku tau tentang sisi lain dari hidupnya, termasuk tentang hobi dia yang gemar bergonta-ganti pasangan, walaupun sebenarnya di Indonesia dia sudah memiliki suami dan anak. Walaupun aku berteman cukup dekat, untuk urusan ini dia sangat sensitif bila aku ikut membahasnya. Masih ingat terakhir aku beradu argumen tentang hobinya ini, dia marah. Ah.. sudahlah.. mungkin ini memang bukan urusanku.
Selain kisah melati, aku juga sering mendengar kisah-kisah lain yang tak kalah miris tentang kesetiaan ini, ehhh bukan kesetiaan ya, tapi ketidaksetiaan. Banyak korban berjatuhan, efeknya dasyat. Karena 1 orang ibu/bapak/suami/istri yang tidak setia pasti akan menelan korban dua keluarga besar, paling parah yaitu anak-anak mereka.
Seperti komentar yang mampir di statusku sore ini, datang dari seorang suami korban ketidaksetiaan seorang istri yang bekerja di Taiwan. Dalam komentar yang dia tulis, bahwa dalam penantiannya selama 4 tahun berujung pilu. Penyebanya bisa ditebak, orang ketiga. Bisa dibayangkan betapa sakitnya hati dia, kecewa, remuk, perih dan hancur bercampur menjadi satu.
Untuk kalian yang saat ini yang sedang mencoba untuk mendua, ataupun sudah mendua. Coba renungkan, apa yang kamu cari, apa tujuanmu bekerja jauh dari keluarga? Untuk membahagian mereka bukan? untuk masa depan bukan? kembalilah.. sadarlah.. ada keluarga yang menunggumu dirumah dengan segunung rindu.
Jangan pernah sia-siakan kesetiaan seseorang. Karena suatu hari nanti seseorang seperti itulah yang kamu butuhkan
