Mengembalikan Steemit ke Habitatnya.

image

Rasanya kurang afdal jika @kitablempap tidak terlibat dalam dinamika surah Steemit yang berlangsung panas akhir-akhir ini. Jujur, sekali lagi bahwa hal semacam itu membuat saya bergairah berada di Steemit ini. Bagi saya, itu kondisi sehat dan normalnya Steemit ketika yang menggunakannya adalah manusia, bukan tembok.

"saya berontak, maka kita ada",

kata Albert Camus lewat buku L' Homme Revolte (1951).

Seperti halnya Camus yang bicara perlawanan, ia juga percaya bahwa sebuah perlawanan adalah juga misi untuk kebersamaan. Begitu pun ketika kita bicara tentang penolakan, juga pasti bicara tentang rekonsiliasi. Seperti halnya orang Aceh yang pernah memberontak pada pemerintah Indonesia, yang juga tahu kapan harus duduk semeja.

Intinya sama, ketika kita saling berbeda pendapat dan saling kritik di Steemit ini, itu juga suatu hal yang wajar dan juga sebuah usaha berkomunitas yang paling canggih dan maju. Jika ada yang mengatakan bahwa di Steemit ini harus berlaku yang santun, jangan urakan, jangan nyeleneh, jangan nyentrik, serta jangan membuat postingan yang berbau kritik pada orang lain atau karyanya, itu seburuk-buruknya bajingan menurut saya, yang ingin membungkam Steemit ini dengan kesoktahuannya. Mending berhenti untuk promo steemit juga, jika kamu berfikir demikian, kawan!

Kamu harus tahu, sebuah postingan yang santun sekalipun, tidak ada yang luput dari unsur kritik. Kritik bisa berupa apa pun, pada siapa pun dan terhadap apa pun. Sulit rasanya melepaskan sesuatu dengan kritik. Setidaknya ketika kamu setuju dan tidak setuju pada sikap dan postingan orang lain yang kamu anggap buruk, kamu juga pernah melakukan suatu siksp untuk itu. Ya, itu adalah juga kritik, lempap! Termasuk ketika kamu memilih untuk tidak upvote.

Ya, pada dasarnya banyak orang sedang melakukan kritik, baik bagi dirinya maupun pada orang lain, namun karena tidak ia sadari, lalu menganggap itu bukanlah kritik. Soal kritik, tentu saja ada gayanya sendiri-sendiri. Ada yang model meulempap dan ada yang model meulempiep seperti oleh banci itu. Dalam hal ini, saya lebih suka yang pertama, walaupun itu seringkali dirasa pahit oleh mereka yang tidak mengerti obat.

Dalam hal kritik, saya tidak perlu mempertimbangkan apakah itu teman dekat saya atau bukan. Karena seperti halnya ungkapan seorang Teungku ketika saya mengaji. "Yang aku pukul itu bukan dirimu, melainkan jin di dalam badan mu" katanya setelah memukul ku kala tidak lancar mengaji itu. Pun juga di Steemit ini, jika seorang teman dekat saya tidak bisa dikritik dan berlagak presiden masa Orde Baru, maka sangat mungkin, apabila ia tidak mampu kuselesaikan dengan surah dan rajah, maka akan kutendang ia berkali-kali sampai keluar setannya.

Pada dedemit mana kamu belajar, bahwa media Steemit ini tidak boleh yang begana dan begini? Bagi saya, tidak penting seberapa tahunya kamu tentang blockchain dan blockchueng, jika kamu masih membungkam mulut orang lain dengan berbagai kata-kata bijak dan sok suci, itu tetap "anjing" namanya.Tahu apa kamu tentang terdesentralisasi, jika pikiranmu seperti robot, dan seakan kamu hanya bisa hidup dari tombol vote.

"Steemit bukan milik Mbah mu",

camkan itu.

Kamu jangan berlagak tuan rumah di Steemit ini, pun singkirkan keinginanmu untuk menjadi anjing penjaga di Steemit. Jangan lagi berfikir untuk mengembalikan Steemit ini ke tempat semula, hanya karena menurutmu itu lebih mulia dan putih suci. Stop kawan, yang begitu tidaklah jauh beda dengan berfikir bahwa kamu bisa pakai gumuk untuk masuk ke dalam perut ibumu kembali. Jika nekat dan ingin tetap berjihad, yang kamu lakukan lebih dulu seharusnya adalah berhenti terlibat dalam promo steemit pada manusia, tapi promolah Steemit pada lembu.

Tidak ada hubungannya antara kritik dan putusnya tali persaudaraan. Jangan mengkerdilkan arti persaudaraan kita kawan. Persaudaraan sejati selalu dibangun dengan berbagai bentuk kasih sayang, termasuk dalam bentuk kritikan, tak usah kamu ragukan lagi itu. Jika kamu hanya mau bersaudara dengan tukang puji saja, maka cukupkan saja pertemanann kita sampai di sini, unfollow saja saya dari persaudaraan ini, tidak mengapa. Saya biarlah percaya, bahwa dalam hidup ini tidak ada yang sempurna. Maka berteman dan bersaudara dengan saya sudah pasti juga harus saling terus memperbaiki, agar kita tidak berteman dan bersaudara buta.

Steemit saya pikir juga bukan hanya untuk silaturrahmi sekerdil pikirmu dari dalam tempurung kepala. Steemit adalah media, yang kamu hanya bisa memasukkan karyamu ke sini. Artinya adalah, bahwa melalui Steemit, kita sebenarnya sedang melakukan proses belajar dan mencintai dengan cara masing-masing, atau dengan kata lain sedang bersilaturrahmi lewat buah pikiran: karya. Maka, menurutmu apakah penting membangun sebuah iklim dialektika?

Jangan bersikap kolot kawan, dengan mengatakan bahwa hanya lewat steemit kamu bisa akrab. Tidak ada salah memang, tapi ketika kamu hanya bisa lebih mengakrabkan diri dengan orang tertentu saja di Steemit ini, seharusnya kamu sendiri mempertanyakan: apakah benar saya ingin mencari kawan? Jangan-jangan saya hanya cari uang.

Ketika kamu sefanatik itu pada ruang ini, saya pun bertanya: emang kamu tidak punya ruang lain untuk bisa lebih dempet? Kop kolot. Jangan sampai kamu menghilangkan akal sehatmu, kawan. Hanya karena takut kehilangan upvote, saudara, dan apapun di steemit ini, karena dibandingkan orang tuamu, Steemit belum memberikan apa-apa.

Orang tua menyokolahkanmu dan memberimu makan bukan untuk bisa dibungkam oleh orang lain dengan sesuap espe maupun esbede. Jangan sampai juga karena kamu merasa berhutang budi dan sering satu meja kopi lantas tidak mau lagi saling mengingatkan dengan dan hanya menjadi pembela buta. Itu jauh lebih jahannam, kawan.

Di steemit ini bukankah kamu tahu bahwa tidak ada yang hebat dan hina, semua punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Maka jangan banyak tingkah, bersteemitlah dengan suka ria. Kritiklah jika itu perlu, tapi jangan sampai main body. Sentuhlah esensi yang ingin dikritik, tentu dengan data-data dan literasi itu lebih baik. Bagi yang sedang dikritik, anggap saja semua itu sebagai traktir poding boh manok siteungoh matang, ketika kita tidak banyak bisa berbagi reward dan cupika cupiki.

Oh ya, terkait dengan positif dan negatif, tolong kamu camkan, bahwa yang positif itu bukan hanya seperti postinganmu saja, yang terlihat tanpa kritik atau hujat, seakan-akan itu tanpa cacat. Seharusnya kamu tahu, bahwa sebuah pujian sekalipun, sehalus apapun kamu memolesnya, juga bisa dikatakan kritik dalam konteks tertentu. Misalkan saja ketika kamu merespon sebuah postingan dari orang lain yang tidak kamu sukai, baik dengan tanpa vote atau dengan suatu postingan lainnya, itu juga sebuah kritik. Ya, sebuah kritik hanya berbeda bentuk saja, kawan!

Penting juga saya kira untuk membangun iklim demokrasi di Steemit ini, untuk membebaskan pikiran dari bermacam ketakutan berpendapat. Misalkan kamu, takut kehilangan vote dari orang-orang tertentu, lalu menjadi penurut dan bicara tidak lagi terang-terangan, itu juga menjadi bentuk betapa sudah pengecutnya kamu.

image

bebaslah kawan, sejak dalam pikiranmu!

Bagi @kitablempap, sekali lagi Steemit bukanlah satu-satunya media sosial tempat bersilaturrahmi. Jangan mengkerdilkan ruang hanya pada Steemit ini, dan menganggap jika kita bertentangan di Steemit lantas tidak kawan lagi, pecah saudara atau meuruwah kongsi. Jika kamu berani menawarkan apa pun termasuk lewat kritik, maka kamulah teman sejati bagi @kitablempap ini. Tidak peduli kamu selebripap atau selebriti, memiliki level rendah atau level tinggi.

Yakinlah, dunia tidak akan hancur dengan kritik, apalagi itu kritik yang dilontarkan oleh orang hina dina semacam pengemudi akun @kitablempap. Tapi yakinlah, bahwa tanpa adanya kritik, Steemit juga akan begitu-begitu aja, dipenuhi dengan ceramah-ceramah manis dan karya-karya lainnya yang terlihat eksotis, tapi sebenarnya apabila disurah, itu sangat najis.

Akhirnya, penting untuk menyiapkan diri menghadapi iklim Steemit di masa depan yang pastinya sedikit lebih brutal dari ini, dengan jangan mudah panik atau sedikit-sedikit ambil hati. Jangan pula mudah murka dan langsung membenci. Apalagi hingga langsung menganggap mereka yang mengkritik itu sebagai musuh, hanya karena sebuah kasih sayang dan cara mengelukan kita itu sedikit berbeda dari cara dan wujudnya.

Positiflah, jangan hanya bisa positif pada yang terlihat manis dan eksotis saja.

Salam cinta, @kitablempap.

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
96 Comments
Ecency