Mak, Aku Ingin Jadi Steemian Saja

59ad93bd-24b7-4297-9baf-3c0d3d07dce9.jpg

“Mak, Aku harus segera balik ke Banda Aceh.” Kataku kepada seorang perempuan yang kupanggil Umak (Sebutan ibu dalam bahasa Aneuk Jamee).

“Kok, cepat kali baliknya, emang apa kegiatan Yel di Banda Aceh?” timpalnya yang seakan tidak ingin aku balik lagi ke Kota Radja itu.

“Yel ada kelas menulis di hari Rabu dan itu materinya tentang Steemit.” Aku menjelaskan kepada Umak yang awam tentang internet, apalagi Steemit.

“Apakah ada orang sukses menulis di internet?” Suaranya sedikit berat saat bertanya hal itu kepadaku. Aku tercekat saat pertanyaan itu dilemparkan Umak kepadaku.

DQmdkJQvVTnRqCB1uTei3oTTtqZ19xc6pZpgfHjAuAEKFXN.jpg
Aku bela-belain balik ke Banda Aceh untuk mengikuti kelas @rismanrachman tentang Cerdas Mengelola Steemit. Sumber foto https://steemit.com/promo-steemit/@rismanrachman/photo-steemit-promotion-at-fame-in-banda-aceh

Haruskah Perawat Bekerja di Rumah Sakit Saja?

Sudah setahun lamanya aku menyelesaikan pendidikan di sekolah keperawatan, ujian kompetensi dan Surat Tanda Registrasi (STR) perawat pun sudah kukantongi. Tapi, aku belum ada keinginan untuk bekerja di rumah sakit seperti teman-temanku yang lain.

Umakku mulai mempertanyakan hal ini, apalagi keinginannya untuk melihatku bekerja di rumah sakit menjadi beban pikiranku. Tambahnya lagi orang-orang di kampungku yang kepo tentang pekerjaanku saat ini, membuatku kesulitan menjawab pertanyaan orang-orang saat ditanya di mana aku bekerja.

Umakku memang menginginkanku menjadi perawat, bahkan semenjak aku belum lahir.

yel 4 thun.jpg
Aku saat berusia 4 tahun mengenakan pakain perawat. Sumber foto: http://www.yellsaints.com/2018/01/karena-ibu-aku-jadi-perawat.html#more

Permasalahannya sekarang, untuk bisa berkerja di rumah sakit tidak semudah membalik telapak tangan. Meski kita mempunyai pengetahuan akedemik yang bagus dan keterampilan dalam merawat pasien, tapi kita kalah dengan yang namanya dekeng.

Ibarat pepatah, siapa yang dekat ke api dia yang panas, siapa yang punya kenalan dan jaringan, dia yang diperkenankan.

Untuk hal yang seperti ini, bukanlah menjadi rahasia lagi. Semua orang sudah tahu dan aku tidak mau terjebak dalam hal itu.

Apa Yang Bisa Kulakukan?

Aku tidak mau berpangku tangan hanya menunggu untuk bisa bekerja di rumah sakit sesuai dengan profesiku. Menurutku banyak hal yang bisa dilakukan oleh perawat, salah satunya dengan menulis.

Maka, aku membuat sebuah blog dengan judul Perawat Traveler yang isinya tentang keperawatan dan kesehatan. Peran perawat sebagai edukator dalam pemberi informasi kesahatan kujalani dengan baik di sini.

Tidak hanya itu, aku juga aktif di komunitas Griya Schizofren Aceh yang mendampingi pasien gangguan jiwa dan anak di panti asuhan sejak tahun 2015. Tugasku sebagai koordintor tentu sangat dibutuhkan di sini.

1 (1).jpg
Saat kegiatan komunitas Griya Sc hizofren Aceh ke Rumah Sakit Jiwa. Sumber Foto http://www.yellsaints.com/2015/04/siapa-yang-gila.html

Semua kulakukan dengan tidak meninggalkan profesiku. Tapi sayangnya Umak belum bisa melihatnya langsung karena kegiatanku ini di Banda Aceh. Yang diinginkan Umak ialah aku mempunyai tempat kerja sesuai dengan profesiku dan bisa dilihat secara fisik aku menggunakan pakaian perawat.

Mak, Steemit Bisa Menghasilkan Uang

Setahun ini aku aktif di blog, puluhan tulisan terbit di http://www.yellsaints.com/ dan berbagai lomba blog telah kumenangkan. Aku gigih untuk mengikuti lomba blog, bahkan setiap bulan pasti ada lomba blog yang kuikuti. Ada yang menang, banyak juga yang tidak, semua ini kulakukan karena aku menyenagi kegiatan ini.

foto.jpg
Aku pernah dapat emas 5 gram saat juara 1 lomba blog pegadaian.

Memang tidak ada penghasilan tetap di blog, karena aku tidak menggunakan google adsense untuk beriklan. Alhamdulillah aku bisa bertahan hidup dengan uang hasil lomba blog dan job review, hanya saja ini pas-pasan untukku.

Keinginan untuk memberikan uang kepada orang tua tentu ada, apa lagi saat ini orang tuaku terhutang di bank yang membuat rumah dan aset orang tuaku tergadai. Rentenir bank dan penagih hutang terus menghantui kami. Tentulah desakan untuk mencari uang memotivasiku untuk giat bekerja.

Dalam diskusi singkatku bersama Umak sehari sebelum aku mengikuti kelas bersama bang @rismanrachman. Aku mengatakan “Insyaallah Mak, aku akan membuktikan ada orang yang sukses menulis di internet. Aku akan menghasilkan uang di Steemit.” Aku juga menjelaskan sedikit tentang cara kerja Steemit kepada Umak.

Sebagai orang yang terlahir di generasi X, tentu Umak tidak paham bagaimana Steemit bisa menghasilkan uang, kerena belum ada bukti nyata yang kutunjukkan kepadanya. Aku mencontohkan para Stemian seperti Risman @rismanrachman, Rusian Orcheva @orcheva, Mira Maisura @rahmanovic, Ihan Nurdin @ihansunrise, Akbar Rafsanjani @akbarrafs, dan Suhiel Bustami @suhiel, yang sudah berhasil menuai jutaan rupiah dari teknologi ini.

Sayangnya Umak tidak mengenal orang-orang itu. Umak hanya mengenal aku, anaknya yang ingin menjadi Stemian. Lantas sebuah kalimat keluar dari mulutnya “Umak dukung semua yang Yel lakukan. Setiap doa selalu Umak meminta kepada Nya, dimudahkan cita-cita dan keinginan Yel.”

Aku berusaha menahan air mata, sambil bertekad dalam hati “Insyaallah aku akan berjanji akan membayar semua hutang-hutangmu dan memberangkatkanmu ke tanah suci bersama Ayah.”

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now