Satu Hari di Tiga Tanah Pembantaian (2)

Buket Sentang sudah lebih satu jam ditinggalkan rombongan pemuda dan mahasiswa Napak Tilas Pelanggaran HAM di Aceh Utara. Rombongan kini bertolak ke Simpang Kramat. Sesuai agenda, perjalanan ke sana untuk bertemu Banta Yusuf, seorang saksi mata yang sempat merasa bagaimana kejamnya penyiksaan yang dilakukan oleh tentara di Pos SP 2 sewaktu Aceh berstatus Darurat Militer.

Rombongan bertemu Banta Yusuf di Mesjid Baitussalam, Gampong Keude Simpang Kramat. Dari gerak-gerik dan bahasa tubuh, jelas kalau Banta adalah pria paruh baya yang ramah. Itu terekam saat pertama sekali orang-orang dalam rombongan menjabat tangannya. Senyum selalu menghiasi wajahnya, pun kepada saya yang sempat berbincang sejenak.

Kisahnya, pada suatu hari di tahun 1998, sore itu sedang sibuk di kebun durian miliknya di Batee 11. Untuk suatu keperluan, tetangga kebunnya mengajak Banta untuk turun ke SP 3. Dalam perjalanan mereka bertemu satu sepeda motor yang dikendarai oleh warga Buloh Blang Ara. Karena ingin tahu, Banta langsung menanyakan perihal orang itu berada di area yang dikenal rawan.

Dari penuturan Banta, warga asing yang tidak ia kenal itu bermaksud mencari durian di wilayah Batee 11. Bahkan Banta sempat mengingatkan tamu tersebut untuk berhati-hati mengingat Aceh sedang Darurat Militer, dan di kampung-kampung mereka tentara sudah mulai menunjukkan sifat aslinya. Setelah berbincang sejenak, Banta melanjutkan perjalanan ke SP 3.

Sial, di tengah perjalanan, Banta kepergok rombongan tentara yang sedang mengejar orang yang diduga anggota Gerakan Aceh Merdeka. Banta dan temannya pun diinterogasi tanpa diberi hak membela diri.

“Kemana kawan kalian?,” tanya seorang tentara berwajah bengis. Merasa tidak ada orang lain bersama mereka, Banta pun menjawab “Ngak ada kawan kami yang lain”. Entah bagaimana, saat interogasi “jalanan” berlangsung, seorang teman Banta baru saja turun dari kebun dengan durian ditangannya. Spontan, teman Banta pun menjadi orang yang dicurigai selanjutnya.

Berbagai siksa dialami mereka saat interogasi berlajan. Bahkan seorang teman Banta yang membawa durian harus rela sakit saat tubuhnya dilempar dengan durian yang ia bawa sendiri. Bukan sekali, berkali-kali hingga duri di kulit durian rata. Siksaan jalanan ala para tentara berlangsung hingga jelang magrib. Tidak habis pikir, para tentara pun mengangkut mereka ke Pos SP 1.

Kenang Banta, bencana mulai terjadi saat seorang tentara diam-diam sengaja melempar wadah afitson di dekat Banta dan teman-temannya berdiri, dengan niat menjebak. Lalu Nek Daud yang sore itu juga bersama Banta diminta oleh tentara untuk mengambil dan membuka wadah afitson. Begitu dibuka, ternyata ada bendera bintang bulan di dalamnya. Ini menjadi alasan kuat Banta dan kawan-kawan akan diangkut ke Pos SP 1.

Di Pos SP1 sudah ada beberapa masyarakat lain yang sudah lebih dulu diambil paksa oleh tentara. Semua leher mereka diikat berantai dengan sehelai tali dan mereka dibiarkan dalam gelap malam di semak-semak sekitar pos. Malam itu mereka diperlakukan seperti binatang.

Naas bagi Nek Daud, pria tua yang diangkut bersama Banta itu meninggal setelah mengalami rangkaian penyiksaan fisik. Alasannya, selama ditahan Nek Daud selalu mengeluh haus dan meminta air pada tentara. Leher Nek Daud pun dilepas dari rangkain tali yang masih mengikat leher Banta dan warga lainnya. Oleh Banta dan tahanan lain, jasad Nek Daun pun dikuburkan seadanya saja.

Dua malam sudah Banta dan korban lain di Pos SP 1, kini mereka pun diangkut ke Pos SP 2. Sama, di tempat baru ini mereka diikat berantai dan diletakkan di atas tanah beratap langit. Parahnya lagi, selama dalam penyiksaan mereka hanya pernah diberikan setengah potong pisang, selebihnya Banta dan korban lain harus memamah rumput di tempat mereka diikat.

Setelah dua malam disana, mereka pun dipindahkan lagi ke Pos PT Agung. Selama mereka dipindahkan, beberapa nyawa sudah menjadi korban tentara. Tentunya Banta hanya mampu melihat saja setiap detail kejamnya para tentara. Banta tidak mampu berbuat apa-apa. Sementara warga di kampung sudah melakukan khanduri kematian sejak hari pertama mereka ditangkap. Namun Allah SWT berkehendak lain, dari puluhan yang ditangkap, hanya tiga orang yang kembali dengan selamat, seorang diantaranya adalah Banta Yusuf.

Sayangnya, hari itu rombongan tidak bisa menempuh perjalanan ke lokasi pembantaian di SP 2. Selain jauh, dan medan yang sulit ditempuh, hari itu langit juga masih dirundung mendung.[]

@pieasant

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
1 Comment
Ecency