Jiwa Unsur Paling Penting Dari Manusia


Membentuk Karakter Dalam Gempulan Asam

Merokok seakan telah menjadi budaya bagi masyarakat Indonesia. Berdasarkan data The Tobacco Atlas 2015, menunjukkan pria yang mengkonsumsi rokok di Negara ini mencapai 66 Persen. Menempatkan Negara Indonesia Posisi pertama dalam konsumen tembakau, lalu ikuti Negara Rusia yang hanya beda 6 Persen dari indonesia, dan selanjutnya China 53 persen.

Kampanye bahaya merokok begitu dering terdengar, begitu juga para ahli kesehatan, perokok dijadikan objek setiap saat mereka berbicara masalah kesehatan. Namun saya pastikan mereka yang mengatakan merokok tidak baik untuk kesehatan adalah penganut konsep kesehatan Modern. Dimana menitik beratkan kesehatan seseorang hanya dibidang Jasmani Semata.

Tidak sekalipun mereka menempatkan sektor kesehatan jiwa dalam Proporsi Penting. Padahal kita mengetahuinya persoalan masyarakat yang terjadi selama ini merupakan masalah ketidak sehatan jiwa. Maksud saya begini!! 

Penyakit fisik memang ada namun di Masyarakat justru lebih banyak penyakit jiwa. Namun anehnya kesehatan kejiwaan ini nyaris dianggap tidak ada oleh Departemen kesehatan Indonesia, semoga pendapat saya salah. Jadi saya tidak heran jika para Ahli Kesehatan jika membahas masalah rokok hanya dalam satu sudut pandang saja yaitu kesehatan fisik.

Saya setuju merokok memang bahaya, namun sebagai seorang perokok saya ingin mengatakan, bukankah yang disebut manusia itu ketika tergabung enam unsur didalamnya, selain Fisik, Jiwajuga  menempatkan Fungsi penting bagi manusia.

Lalu Kaitanya Perokok Dengan Jiwa

Saya ingin mengutip satu baris kata dalam Bukunya Jiwa Manusia Menurut Fakruddin Al- Razi, “ jiwa bukan lah tubuh, kalaupun Tubuh itu mati maka jiwa akan tetap hidup”. Dan lebih lengkap anda bisa membaca Al- Quran Surat Al- Mu’minun 40 :46 Nuh 71 : 25 , Al- An ‘am : 93.

 Sebenarnya perokok itu lebih kepada panggilan Jiwa dan alasanya sangat sederhana merokok tidak bisa dilakukan terburu- buru, namun ini hanya bisa dinikmati oleh siperokok atau kaum yang nyaris dikucilkan itu!! 

Apa anda ketahui pada dasarnya setiap sedotan ada jeda yang ditawarkan, jeda saya maksud: Hisap, Tenang, mengendapkan sesaat lalu baru dilepaskan atau di sebul keudara. Begitu terus menerus.. !! Jeda ini saya sebut Tuma'ninah dalam merokok. 

Fenomena Tuma'ninah ini tentu sangat tidak cocok bagi mereka yang selalu gegabah. Karena disetiap sedotan rokok, diharuskan untuk selalu tuma’ninah atau berhenti sejenak sebelum melakukan gerakan lain.   Dan untuk menghabiskan sebatang rokok, rata- rata dibutuhkan 20 sampai 25 kali hisapan, dan jika siperokok ngisap 10 batang perhari disini minimal ada 200 kali tuma’ninah.

Lalu coba kita renungkan bila hal itu secara berturut-turut dilakukan selama belasan hingga Puluhan tahun?? Apakah tidak terbentuk karakter atau pribadinya dibawah alam sadarnya?

Jadi jangan heran jika pemikir itu muncul dari kalangan perokok, pada hakikatnya perokok itu bukan benda yang mudah meluncur di permukaan namun sifat mereka lebih santai namun pasti. Mahluk ini cendrung jernih dalam mencermati setiap hal, dan tentu memilik imajinasinya yang tinggi.

Example 

Einsten Misalnya dia kenal sebagai perokok berat dan Teori Relativitasnya dan teori Semesta Berbentuk Melengkung tentu keluar saat Einsten sedang asyik nyebul Pipa Cangklongnya.

Begitu juga Sartre, Abert Camus, Derida dan beberapa lagi yang akan saya sebutkan dibawah nanti, semua hasil pemikiran mereka yang kita pelajari sekarang itu ditempah lewat gempulan asap tembakau. 

Contoh lain, Sukarno , Che Guevara danJhon Kennedy. 

Atau para sastrawan, baik di Indonesia seperti Chairil Anwar, Pramoedya Ananta Toer, Pablo Neruda dari Chili, Rudyard Kipling Mumbai India, semua meraka menjalani metode yang sama.

Jadi Kesimpulan yang dapat kita ambil??? Anda Adapat menjawabnya dibwah komentar...

Semoga bermamfaat...



H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now