Harga SBD Anjlok, Stop Menjadi Dosen di Steemit

image

Selama sekian hari belakangan, saya hampir tidak punya selera untuk membuka Steemit dan merakit suatu postingan. Entah roh penguasa dari sudut bau kencing mana lagi yang telah mempengaruhi selera saya, hingga melihat logo Steemit saja seperti melihat potongan tai anjing yang tergeletak di tengah jalan.

Ini bukan karena harga SBD turun dalam beberapa hari belakangan, bukan. Kalau itu saya gak urusan. Mengingat jumlah SBD saya juga masih segede tai hidung. Bukan pula karena saya begitu sibuk mempersiapkan panggung, untuk tampilnya grub band @apache13 di Yogyakarta setelah sebelumnya mereka tampil di Bandung. Bukan juga karena kesehatan yang menurun karena saya banyak bergadang.

Seingat saya, itu mulai terjadi setelah saya menjelajahi beberapa akun Steemit, yang isi postingannya berupa paparan tentang teori-teori menulis. Bagi saya, yang bentuknya begitu sedikit menjijikkan dan mengandung trauma. Betapa tidak, teori-teori amat tidak penting untuk membangun suatu iklim kreatif di Steemit ini.

Biarkan saja mereka berkarya sesuka hati, rasa dan dengan berbagai daya upaya yang mereka miliki, sama seperti anda yang juga langsung merangkak, tanpa memakai teori ini itu. Pun untuk apa juga menjadi dosen di Steemit, karena setahu saya Steemit bukan milik instansi kampus, dimana rumus-rumus boleh berkeliaran seperti anjing yang belum eek dua bulan.

Bukan hanya itu, dalam waktu yang hampir bersamaan pula saya menemukan banyak Steemian senior yang sudah berubah haluan menjadi motivator, yang berusaha sok memotivasi Steemian lain agar terus punya ide kreatif dan menjadi Steemian yang bersahaja. Ini apaan? Bukankah masing-masing dari kita punya potensi, waktu, motivasi dan cara pandang sendiri tentang bersteemit? Ini sungguh lempap, jangan-jangan mereka yang seperti ini sudah tidak punya ide lagi untuk bikin postingan, makanya selemah-lemah iman adalah memilih jadi motivator dan berlagak layaknya orang tua atau guru.

Jujur, setelah menemui fenomena ini, gairah saya untuk bercinta dengan Steemit kemudian turun, bersamaan dengan harga SBD yang juga turut anjlok. Mungkin ini kebetulan, tapi saya kira ini ada hubungannya juga, karena saya dan Steemit sudah seperti Romeo dan Juliansyah, sejurang. Maka, jika Steemit sudah tidak boleh nakal lagi, dengan sangat hormat @kitablempap akan undur diri, karena Steemit pasti sudah dikelola seperti halnya toa meunasah atau jurnal ilmiah.

Wassalam.! @kitablempap

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
62 Comments
Ecency