100 Tahun Chairil Anwar

Tahun ini diperingati 100 tahun Chairil Anwar. Sajak ini saya buat bukan untuk ulang tahun kelahirannya yang tahun ini mencapai 100 tahun. Sajak ini saya buat untuk memperingati hari meninggalnya Chairil Anwar, yang sering kali menjadi tanggal merayakan puisi di Indonesia.

Chairil Anwar adalah penyair legendaris di Indonesia, hingga saat ini.
img_0.006739682494105302.jpg

Lukisan di dinding gedung di Taman Ismail Marzuki yang diambil sebelum renovasi. Sejak itu saya sepertinya tidak jalan-jalan lagi ke Taman Ismail Marzuki hingga hari ini, terutama karena setelah itu merebak pandemi covid yang mencegahku untuk bepergian hingga ke Jakarta.

Silakan menikmati sajak saya ini:

AKU DATANG JUGA, CHRIL

aku datang juga, chril. saat malam akan segera larut. namun pesta sudah usai. tinggal tersisa kursi, panggung kawat duri, lampu mati dan sampah berserak, lelambai spanduk. aku datang, menembus malam. menjadi penyair yang menanggungkan rindu pada ketidaksetiaan kata-kata.

aku datang juga, chril. tapi pesta telah habis. udara malam sepanjang jalan selatan jakarta telah habis kuhirup.
depok-lentengagung-pasarminggu-pancoran-tebet-manggarai-cikini. aku menembus malam. aku menembus malam.

aku datang juga, chril. tapi acara pesta sudah dituntaskan. tinggal panggung berkawat duri, tinggal sumbu berasap dalam botol, tinggal sampah berserak, tinggal spanduk yang melambai-lambai. tersisa dari sebuah pesta. mengingat hari sekaratmu. meregang nyawa. dalam demam yang meninggi. jassin bilang, kau panggil-panggil: tuhan, tuhan…

aku datang juga, chril. memasuki gedong juang 45. mencari jejak-jejak ingatan yang mungkin tersisa dari menteng 31. malam ini, ruang depan serasa milikmu sendiri, cuma. tak berbagi. foto-foto —engkau dengan rokok, engkau dengan “gajah”—, sebingkai besar sajak, lukisan, goresan tangan tanganmu, goresan tangan jassin, arsip berita berserak di lantai, buku-buku. aku memasuki lagi waktu lalu. memasuki hari-hari dikutukserapahi eros. menjadi penyair yang menembus malam. menjadi pejalan malam.

aku datang juga, chril. melintasi meja kerja bung hatta, melintasi panji-panji tentara pelajar, melintasi foto-foto bung karno, melintasi foto panglima besar sudirman, melintasi peta-peta pertempuran, melintasi lelaki mabuk, melintasi orang tertidur, melintasi orang berperlukan di dingin malam, melintasi diskusi orang ingin jadi presiden, melintasi malam dengan percakapan sana-sini. irmansyah kawanku bicara: “anastasia, cucu chairil, sudah menikah, punya anak satu dan evawani sering menggendongnya.”

aku datang juga, chril. melintasi malam. menembus malam. menembus dini hari….

Puisi dan foto oleh: @penyaircyber

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
16 Comments
Ecency