Akhirnya Rampai Kami Berbuah!

IMG-20210221-WA0019-01.jpeg

Hallo sahabat Hiver ๐Ÿ˜€๐Ÿ‘‹

Sejak pandemi covid-19 melanda, kita diharuskan untuk stay at home. Yang biasanya kerja di rumah, kini work from home, yang tadinya belajar di sekolah, kini belajar daring. Semua kebiasaan berubah dan kita mau gak mau harus cepat menyesuaikan. Pastinya hal yang sulit ya, seolah kebebasan kita terganggu. Tapi demi mencegah penularan virus covid-19 kita harus menjalaninya.

Sebagai orang yang suka beraktifitas di luar rumah, saya agak kebingungan seharian berada di rumah. Jenuh dan bosan pun melanda. Hingga menanam tanaman menjadi salah satu obat bosan saya selama stay at home. Karena saya "raja" sambal, jadi saya mencoba menanam tomat. Tomat yang saya tanam adalah tomat rampai. Rampai ini tidak kami jumpai di Medan dan Aceh. Kebanyakan yang di jual di sini adalah tomat buah. Akhirnya saya meminta kakak saya mengirimkan bibit rampai dari Kalianda.

Screenshot_20210715-233109-01.jpeg

Source

Cerita ini saya buat untuk kenangan bahwa saya pernah berhasil menanam rampai. Saya bukanlah orang yang ahli di bidang pertanian. Jadi jangan ikuti tata caranya ya, karena saya tidak mengikuti aturan menanam rampai yang benar.

Rampai

Di Lampung, tomat rampai digunakan untuk sambal terasi. Rampai atau orang Kalianda menyebutnya dengan mendikha, tumbuh subur di Lampung. Kami biasa memetik rampai yang tumbuh liar di kebun atau di halaman rumah. Rampai ini bentuknya bulat kecil-kecil dan airnya banyak. Cocok sekali dipakai untuk membuat sambal terasi. Menurut Wikipedia, rampai atau nama ilmiahnya solanum pimpinellifolium berasal dari Ekuador dan Peru. Tomat ini dikenal juga dengan nama tomat kismis atau mucikari.

Screenshot_20210715-233038-01.jpeg

Source

Baca juga : Wisata Sawah Lukis

Panen Rampai atau Mendikha

Begitu rampai sampai di rumah, rampai saya semai. Tak sampai satu minggu, bibit rampai pun tumbuh. Setelah 2 minggu, saya memindahkannya dalam polybeg. Maklumlah, saya tinggal ngontrak di rumah bedeng, jadi gak punya pekarangan atau lahan. Polybeg yang berisi bibit rampai saya bariskan di lorong jalan di depan rumah. Jumlahnya +- 60 pohon. Sayangnya lokasi penanaman kurang sinar matahari, jadi sebagian saya pindahkan ke kebun mini milik ibu kontrakan. Tanaman saya biarkan saja tumbuh apa adanya. Terkadang saya memberinya NPK dan kadang saya siram dengan air rendaman kulit bawang. Keduanya sebagai pupuk tanaman. Makin lama pohon rampai tumbuh membesar dan mulai berbunga. Beberapa tanaman ada yang terkena hama berupa binatang putih di bawah daun. Ada juga yang keriting macam terbakar. Meski terlambat saya memberi obat semprot hama dari toko tanaman.

IMG_20201109_102444-01.jpeg


IMG_20201109_102413-01.jpeg


IMG_20201202_122441-01.jpeg

Ahirnya setelah 4 bulan, saya bisa panen tomat rampai. Tidak banyak pohon yang berhasil berbuah, tetapi dari hasil panen ini, kami bisa memberi tetangga rampai hasil panen. Dan pastinya saya kembali bisa merasakan sambal rampai khas Kalianda, tanpa harus pulang kampung.

IMG-20210309-WA0012-01.jpeg

Kamis, 15 Juli 2021

Tetap sehat supaya kita bisa makan-makan enak

Kaki Lasak : Food Blogger


lstlurzdln.jpg


o1AJ9qDyyJNSpZWhUgGYc3MngFqoAMyY2MVbTxh5YN2zTg4XQ (1).jpeg


Blogger Sumut 20191109_215306.jpg


Gam Inong Blogger 20200202_143311.jpg


Follow Me :
Steemit :Kaki Lasak
Blog/Website : Kakilasak.com
Facebook Husaini Sani
Instagram kaki lasak
Youtube Chanel : Kaki Lasak TV
Whatsapp +6282166076131

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
4 Comments
Ecency