Rutinitas pekerjaan begitu membelenggu gerak langkah yang mengharuskan kita berkutat pada kegiatan yang itu-itu saja setiap harinya. Tentunya akan membuat kecamuk yang semakin rusuh, peluh, kacau, dan berantakan. Euforia kebebasan berpikir pun dihambat oleh tuntutan pekerjaan yang diemban. Begitu merusak kemerdekaan ekspresi.
Faktor kolokusi ini yang nantinya menghambat pendewasaan sikap sosial dalam diri, sebagaimana yang dibutuhkan di masyarakat. Serta-merta diikuti oleh sempitnya ruang berpikir secara generalisasi. Untuk itu, otak dan seluruh asosiasi tubuh membutuhkan asupan 'refreshing' sebagai wadah pembangkit kebahagiaan.
Hidayatullah Habibi