Ketika keindahan berupa bunga, maka ada takjub yang menggebu. Kekaguman yang menderu, benih cinta mulai candu.
Bunga adalah awal teguhnya rasa, tempat kita mengingat maha indah. Lalu bunga menghadirkan segala rasa, ingin memiliki misalnya.
Lalu, setelah mekar indah kau lantas diam mengamati bungamu hingga ia layu atau malah mekar menjadi biji. Atau mengikhlaskannya dinikmati pula oleh pasang mata lainnya?
Mari menyimak gerak taktis perasaan yang kian menumpuk, hingga akhirnya menjadi apa? Kepada siapa? Dan kemana arahnya?
Hidayatullah Habibi