Di Steemit, Tidak Ada yang Orijinal Selain Senyummu

image
[ Sumber foto: whatapp ]


"Di Steemit, karya kita harus orijinal lho, kalau tidak, kita akan didatangi robot, bisa turun reputasi kita" Kata mereka, para Steempap oposisi, suatu kali, agak menakuti saya. Dalam tengkorak saya berkata, "orijinal tai gigi.!" yang ada di dunia ini semuanya imitasi, koplak!".

Jujur, saya merasa jijik ketika mendengar kata orijinal, khususnya yang merujuk pada setiap postingan di media sosial satu ini. Seolah-olah sudah iya kali, bahwa itu harus "meuceh" karya yang orijinal, dan seakan Steemit ini paling orijinal dan paling mulia sejagad maya dan ahmaddani.

Baiklah, dalam postingan ini sedikitnya saya hanya akan membahas tentang apa itu orijinal, supaya jangan sampai kita sebagai manusia pun dibodohi melalui robot steemcleaner maupun steemcleani, hingga kemudian menganggap benda atau sistem tersebut sebagai yang paling peka dan paling asasi.

Memang bukan hal baru, terkait orijinal begana dan begini. Setidaknya melalui teori mimesisnya Plato kita bisa sedikit mengetahui, bahwa sejatinya setiap karya manusia itu adalah hasil plagiasi, atau dengan kata lain, hasil daripada copy sana dan copy sini. Itu pasti.

Misalnya saja terkait dengan ide, itu juga berkaitan dengan pada apa dan dari siapa kita diinspirasi. Ya, tidak mungkin kita bisa melahirkan ide tanpa bersentuhan dengan apapun. Jika pun ingin memaksa, kamu harus tinggalkan bumi, lalu hidup di planet lain yang kamu ciptakan sendiri.

Pun begitu jika kita ingin membuat sebuah postingan di media sosial ini, pasti menggunakan medium yang sudah diciptakan lebih dulu. Katakanlah kamu bikin tulisan, emang kamu yang bikin huruf-huruf itu, kata-kata dan citra-citra itu? Kamu tidak bisa membuat dan mengontrolnya, *Boh labu!

Ya, setiap apa yang kita ciptakan itu pasti bersentuhan dengan sesuatu yang sudah lebih dulu diciptakan. Tidak ada yang istimewa dari karya kita, karena semua ditentukan oleh bagian-bagian lainnya dari karya orang lain, yang juga penting. Meskipun terlihat berbeda, hasil karya kita itu pasti saling berkait dengan karya lainnya.

Setiap ide yang dijatuhkan ke bumi oleh Tuhan sudah pasti bukan hanya milik kita sendiri, melainkan juga milik manusia lainnya. Kamu.! Ya, kamu.! Jangan merasa menjadi makhluk istimewa. Berlapang hatilah, karena kita sedang numpang hidup saja, dan segala kebutuhan itu Tuhan yang memenuhi.

Jika kamu memang ingin benar-benar ada dan diakui, tunjukkan saja dalam karya itu keberadaan diri, melalui gaya, karakter, *packaging, dan segala eskondel diri, itu sudah oke. Walaupun masing-masing diri kita itu juga tercipta dari segumpal mani, hasil ekstrak dari berbagai hasil plagiasi, yang keluar pula dari lobang yang mepet tai. Nah.!

Sekali lagi, jangan pernah mengklaim sebuah karya yang kamu otak atik itu sebagai milikmu sendiri, atau mengatakan bahwa itu sama sekali tanpa plagiasi, orijinal punya barang, ek canok dan ek mirahpati. Yakinlah, itu pasti bau anyir dan basi, walaupun terkadang robot sekalipun tidak sanggup mendeteksi.

Saran saya, berkarya saja yang produktif, tanpa perlu meunyakni. Sedikit harus main cantik memang, untuk menyiasati bagian itu dan bagian ini, dengan cara begana dan begini, agar karya yang kita buat tidak monoton dan sama persis dengan karya orang yang di sana dan di sini. Sehingga setidaknya karya itu mampu meginspirasi lagi.

Yakinlah, membuat postingan yang tidak orijinal itu tidak lantas membuat kita kehilangan reputasi ataupun harga diri, tapi justru sebaliknya, telah menjadikan kita membuka diri untuk mengakui, bahwa semua itu bermuara dari satu sumber, yaitu Illahi rabbi. Mengklaim karya yang kita buat sebagai yang orijinal juga sama saja dengan mengakui ketidakmampuan diri untuk melampaui.

Namun demikian, bukan berarti saya hendak menghalalkan copy paste, karena perbuatan satu itu sangat tidak beretika dan telah merendahkan potensi dan harga diri. Karena dengan begitu kamu telah memperlihatkan sesuatu yang begitu hina lagi mepet tai, yaitu kemalasan yang begitu bau.

Singkatnya, saya pikir setiap postingan adalah wajah kita yang maya dan palsu, atau katakanlah sebagai bahasa perantara, yang kita gunakan untuk saling memeluk atau saling bercumbu, tanpa harus lebih dulu bertemu ataupun ke penghulu. Akhirnya, hanya senyummu setelah membaca tulisan ini saja yang orijinal punya, walaupun itu sedikit palsu. Tapi tidak mengapa, tetap I love you.!.

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
22 Comments
Ecency