Harapan Penyelesaian dari Pemerintah

Para leluhur bangsa tak pernah membayangkan perpecahan umat di negeri pertiwi ini. Zaman bergulir dengan perubahan yang krusial. Saat ini ini terlihat bhw yg pro dengan ide-ide Islam Nusantara adalah mereka yang dahulunya mendukung ide-ide Islam liberal. Kalau kita amati tentang agenda-agenda Islam liberal, maka kita akan menemukan perkaitan antara imperialisme barat, Islam liberal dan Islam Nusantara maupun kolonialisme.

Menurut aktifis JIL, mereka pernah menyebut secara jujur, empat agenda utama lahirnya Islam Liberal. pertama, agenda politik, Kedua, toleransi agama, ketiga emansipasi wanita dan keempat agenda kebebasan berekspresi dan menyuarakan pendapat.
Dalam agenda politik, kaum muslimin “diarahkan” oleh JIL untuk mempercayai sekularisme, dan menolak sistem pemerintahan Islam. Dalam agenda plurarisme, kelompok ini menyeru bhw semua agama adalah benar, tidak boleh ada ‘truth claim’. Agenda emansipasi wanita, adalah menyamaratakan secara total peranan hak lelaki dan wanita, dan agenda kebebasan berekspresi, seperti hak untuk tidak beragama, tak jauh bedanya dengan agenda politik yang mengacaukan semua tatanan masyarakat..

Jangan heran bahwa semua idea-idea ini pada akhirnya, kembali kepada ideologi dan kepentingan imperialis. Karena itu, sukar sekali-untuk untuk tidak mengatakan – mencari akar pemikiran-pemikiran tersebut dari Islam secara murni, kecuali setelah melalui menyelewengkan teks-teks Al-Qur’an dan hadis. Misalnya teologi pluralisme menganggap semua agama benar, sebenarnya berasal dari hasil konsili Vatikan II yang menciplak prinsip extra ecclesium nulla salus menjadi teologi inklusif-pluralis, yang menyatakan keselamatan mungkin berada di luar Katolik. Mencermati wujud dari Islam Nusantara yg berkembang sekarang. Saatnya sekarang pemerintah merpertegas penyelesaian sebab jika tidak maka prahara kelompok merah dan mayoritas bisa terulang seperti pada masa revolusi dulu.


Sumber: https://id.pinterest.com/pin/332703491212992933/

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now