Meskipun lele termasuk dalam golongan ikan yang tahan terhadap segala jenis air, pembudidayaan yang dilakukan tanpa perlakukan khusus sudah dapat dipastikan tidak akan memberikan hasil maksimal. Untuk itu, segala cara dilakukan demi peningkatan produksi. Salah satunya, budi daya lele dengan menggunakan sistem bioflok.
Sistem budidaya ikan lele dengan tekhnologi bioflok merupakan sistem budidaya melalui proses penumbuhan dan pengembangan mikro-organisme. Proses ini dilakukan dengan cara mengolah limbah hasil budidaya agar menjadi flok-flok atau gumpalan yang kecil sebagai makanan ikan secara alami. untuk merangsang pertumbuhan mikro-organisme harus dipacu dengan pemberian kultur bakteri yang sifatnya non pathogen dan juga memerlukan pemasangan aerator sebagai pensuplai oksigen serta mencampur aduk mikro-organisme tersebut dengan air pada kolam.
Tahapan-tahapan yang harus dilakukan pada budidaya lele sistem bioflok yang pertama dilakukan adalah pembuatan kolam. Kolam yang ada pada Glory fish Limpok, Aceh Besar berjumlah 10 unit dengan diamter 3 m dan tinggi 1 m. Padat penebaran pada sistem bioflok sangat tinggi, idealnya 1 m³ mampu menampung 1.000 ekor atau 3000 ekor/kolam. Dalam pembuatan kolam perlu diperhatikan ketersediaan atap sebagai pembatas agar kolam tidak terpapar hujan dan sinar matahari secara lansung karena dapat mempengaruhi kualitas air pada kolam.
Air merupakan media hidup ikan, sebelum melakulan penebaran benih, air diisi 80-90 cm dan diberikan probiotik sebagai sarana pemicu tumbuhnya mikroorganisme yang bersifat non patogen. Mikroorganisme ini akan dimanfaatkan oleh ikan sebagai pakan alami, sehingga pada budidaya ikan lele dengan tekhnologi bioflok akan menekan efesiensi pakan yang digunakan. Setelah pemberian probiotik, air diendapkan (treatment) 7-10 hari agar mikroorganisme dapat tumbuh dengan optimal.
Penebaran benih dilakukan dengan memperhatikan kualitas benih yang unggul. Benih ikan lele yang baik berasal dari induk unggulan (dari satu induk yang sama). Benih ikan lele yang sehat adalah ditandai dengan gerakan yang aktif, ukuran dan warna seragam, organ tubuh lengkap, bentuk proporsional dengan ukuran 4 – 7 cm.
Budidaya ikan lele dengan menggunakan sistem bioflok harus memperhatikan beberapa hal, yaitu Bahan organik harus cukup (TOC > 100 mgC/L) dan selalu teraduk. Nitrogen disintesis menjadi mikrobial protein dan dapat dimakan langsung oleh ikan. Perlu disuplay C organik (molase, tepung terigu, tepung tapioka) secara kontinue atau sesuai dgn amonia dalam air Oksigen harus cukup serta alkalinitas dan pH harus terus dijaga. Sistem bioflok harus memperhatikan proses pengaduka air dan aerasi dalam pengolahan limbah ini dikarenakan bahan organik yang mengendap akan menimbulkan kondisi anaerob yang dapat merangsang bakteri anaerob untuk mengurai bakteri anorganik menjadi senyawa yang lebih sederhana dan beracun berupa ammonia, Nitrit, H2S, dan Metana.
Sejatinya setiap tekhnologi yang digunakan pasti ada kelebihan dan kekurangannya, begitu juga dengan tekhnologi bioflok. Berikut adalah kelebihan dan kekurangan tekhnologi bioflok, yaitu :
• PH relatif stabil pH 7 – pH 7,8 pada kisaran optimal.
• PH nya cenderung rendah, sehingga kandungan amoniak (NH3) relatif kecil.
• Tidak tergantung pada sinar matahari dan aktivitasnya akan menurun bila suhu rendah.
• Tidak perlu ganti air (sedikit ganti air) sehingga biosecurity (keamanan) terjaga.
• Limbah kolam (kotoran, algae, sisa pakan, amonia) didaur ulang dan dijadikan makanan alami berprotein tinggi.
• Lebih ramah lingkungan.